Dosa bukan sejenis benda berdimensi yang bisa diukur berapa panjang, lebar dan tingginya. Dosa bukan juga sejenis benda bermassa yang bisa ditimbang. Tidak ada alat ukur yang bisa digunakan untuk mengetahui seberapa besar, dan beratnya dosa.
Pernah gak sih kamu mikir kalau pemahaman kamu tuh udah yang paling benar? Atau kamu mikir itu tuh pengetahuan umum masa kamu gak tau sih?
Trus ketika lihat kesalahan orang yang sudah expert itu rasanya kayak dikasih ruang untuk mempertanyakan kembali kredibilitas mereka.
Rasanya mudah banget menjatuhkan seseorang di dalam pikiran kita. Kesannya kita bisa bebas melakukan segala hal dalam pikiran kita, karena kan gak ada yg tahu selain kita dan Tuhan. Pikiran kita merupakan tempat yang aman (belum menyakiti siapa pun), atau bisa dibilang waiting room untuk dosa-dosa kita yg belum terealisasikan. Yah, tinggal tunggu waktunya aja.
(Sumber : www.canva.com)
Karena itu banyak dari kita tentunya saya juga merasa bahwa selama saya belum mengatakan dan mengambil tindakkan itu belum kategori dosa yg berat. Namun kita pasti tahukan tidak ada dosa berat, sedang, apalagi ringan. Semua tindakkan di luar kebenaran Firman Tuhan adalah dosa.
Mungkin pemahaman dosa berat dan kawan²nya itu muncul dr konsekuensi dunia yang diterima pelaku, seperti hubungan sebab-akibat. Tapi kita wajib kudu terus ingat bahwa setiap orang yang sudah mengaku dengan mulutnya dan sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Jurus'lamat Ia adalah ciptaan baru yg lama sudah berlalu. It means kita bukan bagian dari dunia ini, artinya hukum-hukum dunia yg tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan itu tidak berlaku bagi kita. Dosa berat, ringan dan sedang itu dari dunia, berarti itu tidak berlaku bagi kita.
Kita lihat cowok/cewek tampan/cantik dan punya perasaan mengingini sudah masuk kategori dosa berzinah, jadi sudah bisa ditarik sedikit tali penghubungkan tentang memikirkan hal-hal buruk tentang orang lain di pikiran dan korelasinya ke dosakan.
(Sumber : www.canva.com)
Case pertama yg belum terealisasi termasuk dosa, berati case kedua yg juga belum terealisasi juga termasuk dosa. Mengapa itu termasuk dosa??
Dari buku Jerry Bridges dalam bukunya "The Discipline of Grace" mengutip beberapa ayat firman Tuhan yang menyatakan sinonim dari dosa adalah pemberontakkan (Imamat 16:21), menghina (2 Sam 12 : 9-10) dan menentang (1 Raj 13:21). Saat kita menggunakan pikiran kita untuk menghina orang lain, maka selayaknya peran sel darah putih yang secara otomatis memproduksi antibodi ketika masuk benda asing ke dalam tubuh, demikian juga saat pemikiran buruk itu muncul secara otomatis kita telah memproduksi dosa.
Gimana cara mengatasi pemikiran-pemikiran untuk menjatuhkan/menghina/merendahkan atau perbuatan buruk lainnya dalam pikiran kita? Saya biasanya mengaku kepada Tuhan bahwa apa yg telah saya lakukan itu dosa, meminta maaf kepada Tuhan dan memohon pertolongan Tuhan untuk tidak merealisasikan serta mengulangi dosa tersebut. Setelah melakukan itu saya merasa lega, dan tentunya tidak seperti gigit cabai, sekali gigit langsung terasa, diperlukan ketekunan dan pemikiran terbuka bahwa ketika kita salah kita harus berani mengaku kepada Tuhan bahwa kita salah. Tidak perlu kita membenarkan diri untuk sesuatu yang memang sudah salah, karena akan melelahkan diri sendiri. Ingat saja 1 Yoh 1 : 9 (jaminan pengampunan) berbunyi : Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan dan kita dari segala kejahatan.
Saat pemikiran itu muncul, mari kita mengaku di hadapan Tuhan dan memohon pertolongannya untuk tidak memikiran hal-hal buruk tersebut, dan pastinya tidak merealisasikannya, karena itu semua bukanlah hal yang benar untuk dilakukan bagi kita, anak-anak yang dikasihi-Nya.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: