Melepaskan hak pilih berarti melepaskan tanggung jawab akan Indonesia.
Golput adalah hak demokrasi, bukan tindak pidana. Namun, apakah Golput merupakan tindakan bijak? Video Najwa Shihab tentang “Alasan Basi Tidak Ikut Pemilu” menjawab pertanyaan ini. Survey singkat yang saya sebarkan ke beberapa komunitas rohani saya mengenai partisipasi politik mengungkap beberapa fakta menarik.
Pengorbanan Para (Calon) Politisi
Tiga puluh persen orang yang saya tanyai orang untuk terlibat dalam politik guna memenuhi panggilan Tuhan dalam hidup. Baik untuk memperluas pergaulan dan pengalaman, mengembangkan karakter, memberantas korupsi, juga memperbaiki negara melalui tindakan yang benar—bukan sekadar menjadi penonton apalagi kritikus.
Ada kesulitan-kesulitan yang harus ditempuh saat menjadi Caleg. Antara lain pembiayaan kampanye yang mahal, penolakan dari warga, kehilangan jabatan, persaingan tidak sehat, perbedaan persepsi yang menimbulkan kesalahpahaman, alat kampanye dirusak oleh oknum tertentu, hingga perlunya tenaga dan waktu ekstra untuk berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya.
Di tengah segala kesulitan, perlu disadari bahwa setiap Caleg berusaha untuk tetap mengerjakan yang terbaik sesuai kapasitas. Mereka adalah orang-orang yang berjiwa besar, memegang teguh kebenaran, berintegritas, serta menjaga stamina fisik dan jiwa. Menyadari akan pengorbanan para Caleg ini membuat saya yakin akan betapa pentingnya suara kita dalam Pemilu yang begitu diperjuangkan oleh mereka hingga titik darah penghabisan.
Photo by Alicia Steels on Unsplash
Pentingnya Sosialisasi Pemilu
Sosialisasi Pemilu kerap dirasa kurang oleh masyarakat, baik pada media cetak maupun media elektronik. Salah satu contohnya seperti minimnya informasi pengurusan form A5 untuk pindah lokasi memilih. Hal ini telah menyebabkan banyak perantau (baik pelajar maupun pekerja) dipaksa untuk Golput.
Masalah lain ialah birokrasi dan tenggat waktu yang kurang jelas. Durasi penetapan Daftar Pemilih Tambahan (DPTb) yang sebelumnya 17 Maret 2019, dimajukan menjadi 17 Februari 2019. Rekan saya yang mengurus form A5 harus bolak-balik dari KPU ke kelurahan lalu ke RT. Dalam website KPU, tidak disebutkan dengan jelas persyaratan yang diperlukan. Informasi justru hanya disediakan lewat akun media sosial mereka, yakni fotokopi KTP, fotokopi Kartu Keluarga, surat keterangan domisili, dan surat keterangan bekerja/kuliah sebagai dokumen pendukung. Saya berharap, kelak, sosialisasi dan birokrasi Pemilu bisa disebarluaskan lebih jelas lagi. Semua ditujukan agar suara masyarakat dalam Pemilu dapat tersalurkan dengan optimal.
Photo by Eneida Hoti on Unsplash
Partisipasi Politik untuk Kandidat Terbaik
Pilihan masyarakat dalam Pemilu sangat menentukan masa depan bangsa Indonesia. Satu suara sangat berarti.. Para kandidat politik ini nantinya akan memiliki posisi penting di Indonesia dan menentukan kebijakan negara, misalnya harga pasar, pajak, dan pembangunan infrastruktur. Kalau kita diam saja, penjahat bisa berkuasa dan merajalela dengan leluasa.
Ketika kita tidak memilih, besar peluang Partai Politik (Parpol) yang sebatas memperjuangkan kepentingan pribadi dan golongan untuk menang. Mereka dapat dengan mudah menggalang massa untuk memilih mereka. Tujuan mereka biasanya sebatas kekuasaan dan harta saja. Surat suara Golput dapat disalahgunakan.
Oleh karena itu, partisipasi dari masyarakat luas diperlukan untuk memenangkan kandidat-kandidat terbaik bangsa. Jauh lebih sulit untuk mengelabui lebih banyak orang. Semakin banyak orang yang memilih dalam Pemilu, maka semakin kuat posisi calon yang tidak mengandalkan pencitraan atau kekuatan dari golongannya.
Letizia Bordoni on Unsplash
Tak Ada Gading yang Tak Retak
Peribahasa ini benar, semua manusia memiliki kekurangan. Tak ada seorang pun yang benar-benar memuaskan harapan kita. Akan tetapi, hendaknya kita memilih dengan bijak dan memberikan kesempatan kepada pemimpin yang menurut kita lebih baik. Kriteria pemimpin yang baik adalah pemimpin dengan emosi stabil, mendedikasikan hidupnya pada Indonesia, menghargai keberagaman SARA, menghormati hak asasi manusia, jujur, dan tidak korupsi. Pemimpin yang demikian akan mendorong persatuan bangsa Indonesia.
Kita perlu mencari informasi mengenai calon-calon tersebut dari berbagai sumber akurat yang terpercaya, bukan hoax. Kita dapat mencarinya pada portal berita terpercaya, sosialisasi dari pemerintah, bahkan hingga akun sosial media terverifikasi milik calon tersebut. Hal-hal penting yang perlu kita ketahui antara lain idealisme, karakter, rekam jejak di kancah politik dan nonpolitik, orang-orang yang mendukung di belakangnya, serta program-program yang dipaparkan dan akan ia perjuangkan.
“Pemilu bukan untuk memilih yang terbaik, tetapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa” – Franz Magnis Suseno.
Louis Smit on Unsplash
Jika ragu akan pilihan kita, yakinlah pada Tuhan yang mengasihi bangsa Indonesia dan pada diri sendiri sebagai seorang pemilih yang cerdas. Yeremia 29:7 berbunyi “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”.
Berdasarkan survey, saya baru menyadari bahwa satu suara sangat berpengaruh bagi orang lain. Seseorang mengaku bahwa dia mengetahui informasi Pemilu 2019 hanya dari saya. Bagaimana jika saya diam saja? Saya rasa kita perlu menyebarluaskan informasi Pemilu, baik lewat media sosial maupun pendekatan langsung. Pilih dan suarakan kebenaran kepada masyarakat, karena melepaskan hak pilih berarti melepaskan tanggung jawab akan Indonesia. Suaramu tanggung jawabmu.
Penulis : Dewi Setiawan
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: