Aku Adalah Tanah Liat

Best Regards, Live Through This, 15 February 2021
"Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: "Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu." - Yeremia 18:1-2

“Jadilah, Tuhan, kehendakMu! ‘Kaulah Penjunan, ‘ku tanahnya. Bentuklah aku sesukaMu, ‘kan ‘ku nantikan dan berserah."

Tiga kalimat di atas merupakan sebagian lirik dari lagu “Jadilah, Tuhan, Kehendak-Mu”, lagu yang sudah sangat tidak asing di telinga kita. Mungkin teman-teman membacanya sambil menyanyikannya di dalam hati. Namun, apakah kita benar-benar memahami makna dari lagu tersebut? 

Saya cukup beruntung dapat mempelajari pembuatan keramik, mengingat ini menjadi salah satu mata kuliah yang saya ambil dan kebetulan menjadi topik skripsi saya (doakan lulus ya! :”)). Nah, ketika mendengarkan lirik lagu yang dituliskan di atas, mungkin yang terpikirkan pertama kali adalah bagaimana kita sebagai tanah harus rela dan berserah untuk dibentuk sesuai apa yang Ia inginkan, aaaand that’s it! Nyatanya, ada sekian banyak proses yang perlu dilalui hingga kita akhirnya menjadi sebuah karya.



Tanah liat terbagi menjadi beberapa fasetergantung dari kelembaban tanah. Pada saat berada di fase yang paling cair—seperti kita membuat adonan kue yang agak kental—tanah ini disebut sebagai slip. Tanah pada kondisi seperti ini cocok untuk dijadikan “lem” untuk menyambung bagian tanah yang satu dengan yang lain. Setelah slip, tanah dengan kekentalan seperti adonan roti siap untuk dipanggang disebut cake/plastic. Tahap ini merupakan tahap paling cocok untuk dibentuk menggunakan alat putar (seperti yang teman-teman mungkin lihat di film Ghost? Saya sendiri belum pernah nonton sih, hanya dari kata beberapa orang). Lalu… sisa fase yang lain kita bahas di lain hari ya? Nanti tulisan ini kepanjangan hehe...

Nah, tanah ini sudah dalam kondisi plastik, kemudian apa? Sebelum tanah bisa dibentuk dengan mesin putar, tanah perlu digemblong, kegiatan yang seperti menguleni sesuatu. Ini adalah salah satu tahap yang penting dalam pembuatan keramik. Kenapa? Karena kegiatan ini dilakukan untuk mengeluarkan udara yang mungkin masih terjebak di dalam tanah dan agar tanah itu tercampur secara merata. Jika masih ada udara yang terjebak… siap-siap hasil akhirnya akan terdapat retakan. Tanah lalu dibentuk menjadi seperti bola, cara membuatnya menjadi bola adalah dengan dipukul. Hal ini perlu dilakukan agar udara benar-benar keluar dari tanah dan tidak ada yang terjebak. Tanah bulat yang sudah siap ini kemudian dilempar ke bagian tengah alat putar, lagi-lagi supaya tidak ada udara yang terjebak dan agar tanah tersebut menempel pada alat. Barulah alat itu memutar dan tanah dibentuk.



Tanah yang telah selesai dibentuk tidak bisa langsung digunakan karena masih basah, sehingga membutuhkan waktu untuk mengering. Namun, sebelum tanah itu menjadi benar-benar kering, sang tukang periuk biasanya mengembalikan tanah itu pada alat pemutar untuk dikikis atau trimmed. Hal ini dilakukan agar bentuk tanah menjadi lebih rapi, terutama pada bagian bawah. Setelah semuanya itu dilakukan, barulah tanah dibiarkan mengering secara perlahan. Cara paling baik untuk mengeringkannya adalah dengan ditutup menggunakan plastik dengan sedikit celah, ini berarti tanah memerlukan waktu tiga hingga lima hari untuk benar-benar keringbisa lebih lama, tergantung dengan cuaca. Tanah yang sudah sangat kering itu kemudian dibakar. Ya, dibakar. Kadang-kadang, pembakaran itu dilakukan dua kali bahkan bisa lebih.



Jadi, ketika kita mengatakan bahwa kita adalah tanah dan siap untuk dibentuk oleh Tuhan, itu artinya kita siap untuk diuleni, dipukul, dilempar, dicubit, dikikis, bahkan dibakaryang mungkin tidak dilakukan sekali dan tentunya masih ada beberapa hal yang tidak tertuliskan untuk saat ini. Prosesnya tidak menyenangkan, tidak nyaman, dan menyakitkan. Ada hal-hal yang mungkin selama ini kita genggam dan sangat sulit untuk dilepaskan saking nyamannya. Namun pertanyaannya, apakah kita sudah siap dan benar-benar mau berserah untuk dibentuk Tuhan melalui cara yang menyakitkan itu? 

Semoga melalui tulisan ini, kita dapat belajar bersama untuk sepenuhnya berserah pada Sang Penjunan. Hidup memang tidak mudah, dan setiap kita punya kisahnya masing-masing. Mungkin saat ini kita merasa seperti sedang dipukul, dilempar, atau dibakar; tetapi ingatlah bahwa kita sedang dibentuk Tuhan untuk menjadi karya-Nya yang luar biasa. Tidak ada satu bagian pun dari sebuah proses yang tidak penting.

Ini baru satu bagian dari tanah liat yang bisa kita pelajari… Bagaimana dengan bagian yang lain?

LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER