“Kita diundang untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang dipamerkan dalam Asian Games. Alih-alih kedok untuk menutupi kemerdekaan semu, kiranya kita menunjukkan kemerdekaan berkreasi dan dapat mengaktualisasikan diri sehingga terwujudlah Indonesia yang satu, berbudaya dan berbudi pekerti luhur.”
Yo yo ayo… yo ayo Yo yo ayo… yo ayo
Yo yo ayo.. kita datang kita raih kita menang..
Kalau menang berprestasi
Kalau kalah jangan frustasi
Kalah menang solidaritas
Kita galang sportivitas
Begitulah lirik lagu tema Asian Games berjudul “Meraih Bintang” yang marak didengungkan. Namun, sudahkah sportivitas dan solidaritas dijunjung tinggi di Indonesia?
Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games kali ini. Sangat membanggakan apa yang ada di opening ceremony Asian Games 2018. Begitu menakjubkan ketika Presiden kita bisa memerankan sebuah cuplikan singkat dimana beliau naik motor dan bisa melewati rintangan yang ada. Walau memakai ‘stuntman’ tetapi tetap keren. Indonesia sudah memperoleh beberapa medali emas. Namun, banyak pula orang yang berlomba-lomba untuk nyinyir di tengah beberapa saudara kita sebangsa dan setanah air berjuang untuk mengharumkan bangsa Indonesia, hanya karena ingin menjatuhkan nama lawan politik.
kumparan.com
Dalam opening ceremony juga ditampilkan beberapa kebudayaan Indonesia, salah satunya adalah tari Ratoh Jaroe dimana 1.600 penari terlibat. Masyarakat mancanegara dapat melihat keindahan dalam keragaman budaya yang ada. Semua rakyat entah petinggi maupun golongan akar rumput di Indonesia bangga menyaksikannya. Namun, benarkah keragaman budaya sudah dihargai dalam praksis hidup masyarakat Indonesia? Atau hanya keindahannya saja yang dibanggakan?
tribunnews.com
Bagaimana dengan kasus Meiliana yang dihukum dengan tuduhan melakukan penitaan agama akibat protes suara azan yang menggema dari masjid Al Maksun? Bagaimana dengan kisah dimana agama dan etnis dipakai untuk mengalahkan lawan politik? Bagaimana dengan Gusdur yang dilengserkan hanya karena beliau memiliki solidaritas tinggi lalu dicari-cari kesalahannya? Atau Bhinneka Tunggal Ika hanya berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia, kecuali agama dan etnis ?
Setiap hari ditampilkan berapa medali emas yang berhasil Indonesia raih. Bahkan kata medali emas Asian Games menjadi kata yang paling banyak dicari di Google menurut google trend. Sudahkah setiap rakyat bangsa Indonesia mengharumkan nama bangsa, memiliki ‘medali emas’ di dalam tingkah laku, karakter, pola pikir, dan sikapnya? Atau hanya numpang update di instagram, twitter, facebook?
Bukankah bangsa Indonesia terkenal dengan bangsa yang berbudi pekerti, dimana sedari kecil rakyat Indonesia diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua. Dimana sedari kecil, masyarakat Indonesia diajarkan untuk ramah dan bertenggang rasa. Bukankah Indonesia ini terkenal dengan keramahan dan kehangatannya? Sikap dan sifat itu semua dapat menjadi refleksi kita bersama. Apakah itu semua berlaku bagi yang ‘sama’ menurut diri sendiri dan bagi warga negara asing? Bagaimana dengan sesama warga negara yang berbeda budaya, suku, dan agama?
Bukankah setiap warga negara wajib untuk mengharumkan nama bangsa tak peduli apa suku, agama, dan rasnya? Bangsa adalah identitas setiap warga negaranya. Ia bukan hanya seperti seorang penggemar yang jika artis idolanya ‘naik daun’ dielu-elukan lalu ketika sudah tidak hitz maka artis idola itu ditinggalkan. Jadi Anda dan saya ini penggemar atau warganegara?
Dalam Yeremia 29:7 dituliskan, “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”. Ayat tersebut bukan berarti bahwa Indonesia lah tempat Tuhan membuang kita. tapi dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa Tuhan mau kita berdoa dan mengusahakan kesejahteraan tempat dimana kita tinggal.
Photo by Naassom Azevedo on Unsplash
Janganlah kita hanya nyinyir dan apatis dengan keburukan bangsa ini namun mari kita bertindak bagi kemajuan bangsa Indonesia. Jangan sampai kita hanya terfokus memandang datangnya kerajaan Allah di atas sana, tetapi kita semua diundang untuk mewujudkan kerajaan Allah di sini, saat ini. Seperti teguran malaikat kepada para murid yang hanya memandang ke atas saat kenaikan Tuhan Yesus ke surga (lih. Kisah Para Rasul 1:11). Kita perlu mewujudkan keadilan, kesejahteraan, kedamaian di Indonesia.
Kita diundang untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang dipamerkan dalam Asian Games. Alih-alih kedok untuk menutupi kemerdekaan semu, kiranya kita menunjukkan kemerdekaan berkreasi dan dapat mengaktualisasikan diri sehingga terwujudlah Indonesia yang satu, berbudaya dan berbudi pekerti luhur.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: