Kenosis: Sebuah Konsep Pengosongan Diri Kristus

Going Deeper, God's Words, 04 September 2020
Inkarnasi dan pengosongan diri Kristus adalah teladan sempurna tentang kerendahan hati dan kasih.

Dalam menjalankan karya keselamatan-Nya bagi dunia ini, Kristus yang adalah Allah berinkarnasi menjadi manusia. Istilah inkarnasi berasal dari kata Latin “Incarnatio, yang secara literal berarti masuknya Kristus ke dalam daging manusia. Peristiwa Inkarnasi Kristus inilah yang menjadi salah satu permasalahan yang seringkali diperdebatkan di dalam dunia teologi. Salah satu permasalahan tentang inkarnasi adalah mengenai pengertian kenosis yang diambil dari Filipi 2:7.


Berbicara tentang kenosis, istilah Kenosis berasal dari bahasa Yunani κενόω (Kenoo) yang diambil dari Filipi 2:7, yang berarti mengosongkan. Menurut teori ini, pribadi Kristus yang adalah Logos (Firman, Yohanes 1:1), ketika berinkarnasi menjadi manusia mengurangi potensi diri-Nya. Bahkan beberapa orang berpendapat bahwa istilah mengosongkan (kenosis) berarti ketika Yesus menjadi manusia, Dia tidak hanya mengurangi potensi diri-Nya, tetapi melepaskan seluruh atribut keilahian-Nya.Berdasarkan dua pemahaman di atas, maka kenosis kemudian dipahami sebagai sebuah tindakan mengosongkan diri yang Kristus lakukan dengan mengurangi potensi diri-Nya dan melepaskan atribut-atribut keilahian yang dimiliki-Nya.  


            Namun, kenosis sebagai tindakan mengurangi potensi diri Yesus dan melepaskan atribut-atribut keilahian-Nya dianggap tidak sesuai dan bertentangan dengan ajaran-ajaran yang dipahami sebagai sebuah kebenaran di dalam iman Kristen. Adapun pemahaman ini bertentangan dengan beberapa hal, seperti;

(1) Pengajaran didaktik dari bagian-bagian Alkitab tentang Kristologis, bahwa Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia; 

(2) Kehidupan Kristus yang ditampilkan di dalam narasi Injil yang menunjukkan bahwa Kristus tetap memiliki kuasa yang tidak dimiliki oleh manusia berdosa (menyembuhkan, membangkitkan orang mati, dan lain-lain); 

(3) Catatan-catatan di dalam Alkitab yang secara eksplisit menyajikan tentang dua natur dari Kristus; 

(4) Prinsip-prinsip umum ajaran filsafat mengenai Tritunggal yang tidak dapat dipisahkan dari atribut-atribut keilahian-Nya; 

(5) Tuntutan hati orang Kristen yang meyakini bahwa Yesus Kristus adalah sebuah pribadi yaitu Logos yang memiliki dua natur yaitu keilahian dan kemanusiawian.



           

Selain bertentangan dengan beberapa hal yang menjadi pemahaman tentang inkarnasi dan Kristologis, teori kenosis juga diperhadapkan dengan beberapa keberatan. Beberapa keberatan yang timbul terhadap teori ini adalah: 
(1) Teori ini didasarkan pada sebuah konsep bahwa Allah yang adalah pencipta tidak terlalu berbeda dengan manusia yang adalah ciptaan, sehingga keduanya dapat berubah menjadi yang lain; 
(2) Teori ini bertentangan dengan pengajaran Alkitab tentang Allah. Jika kita percaya kepada doktrin ini, implikasinya adalah bahwa Allah dapat berubah dan hal ini bertentangan dengan apa yang terdapat di Maleakhi 3:6 dan Yakobus 1:17; 
(3) Pengosongan diri Kristus dari atribut-atribut keilahian-Nya tentu akan berdampak kepada konsep Allah Tritunggal. Jika Kristus mengosongkan diri-Nya, Kristus tidak lagi menjadi subsistensi Ilahi dari Allah Tritunggal 
(4) Teori Kenosis tidak secara kuat menjelaskan tentang hubungan antara eksistensi, atribut, dan esensi Allah ketika teori ini mengatakan bahwa eksistensi Ilahi dapat dilepaskan dari esensi Ilahi. 

Dengan melihat pada keberatan-keberatan dan masalah-masalah yang terjadi terhadap teori ini, maka teori kenosis yang selama ini dipahami oleh beberapa orang menjadi sangat sulit untuk diterima sebagai sebuah teori yang benar dan yang dapat dipegang. 




Selain berbagai keberatan di atas, tidak dapat disangsikan bahwa pemahaman tentang kenosis ini akan berdampak kepada pandangan terhadap pribadi Yesus Kristus. Jika Yesus di dalam inkarnasi-Nya melepaskan atribut-atribut esensial-Nya, maka dia bukanlah Allah, karena Allah tanpa atribut keilahian-Nya bukanlah Allah. Seperti yang dikatakan oleh C. Stephen Evans, jika Yesus Kristus mengosongkan diri-Nya dari beberapa atau seluruh atribut keilahian-Nya ketika berinkarnasi, akan ada perbedaan di dalam pribadi Tritunggal, karena Yesus Kristus tidak memiliki atribut-atribut yang dimiliki oleh Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jika kenosis benar-benar dipahami sebagai pengosongan diri dari atribut-atribut keilahian, artinya bahwa Yesus Kristus bukanlah Allah dan pribadi Trinitas menjadi berbeda. 

Pemahaman kenosis seperti yang telah dijelaskan di atas juga dipercaya tidak sesuai dengan ortodoksi, secara khusus berkaitan dengan penjelasan di dalam konsili Chalcedon tentang Yesus Kristus yang adalah satu pribadi dengan dua natur yaitu Allah dan manusia. Yesus Kritus yang mengosongkan diri-Nya seolah-olah begitu menekankan kepada pembatasan mengenai keilahian-Nya, sehingga Yesus Kristus kemudian menjadi satu pribadi dengan satu natur juga, karena pribadi Logos tersebut telah menjadi manusia.
         

Dengan demikian, apakah pengertian kenosis yang semestinya? Pengertian kenosis yang artinya mengosongkan, memang benar. Akan tetapi, mengosongkan yang dimaksud di dalam proses inkarnasi bukanlah sebuah tindakan mengosongkan diri dari atribut keilahian. Seperti yang dikatakan oleh Donald G. Bloesch bahwa kenosis sendiri bukan berarti bahwa Kristus benar-benar terlepas dari keilahian-Nya, melainkan tindakan Kristus yang mengosongkan diri-Nya dari kekuatan ilahi-Nya dan bukan natur keilahian-Nya. Pemahaman ini tidak seperti apa yang dipahami oleh W. F. Gess yang berpendapat bahwa Kristus benar-benar menanggalkan seluruh atribut-Nya dan pribadi Logos menjadi manusia.

Lebih lanjut menurut Bloesch, tindakan pengosongan diri yang dilakukan oleh Yesus Kristus, dilakukan-Nya secara sukarela sebagai bagian dari rencana keselamatan yang akan dikerjakan-Nya. Bloesch menyatakan bahwa hal-hal yang dikosongkan oleh Kristus dari diri-Nya adalah atribut relatif-Nya seperti kemahakuasaan, kemahatahuan, dan kemahahadiran tetapi mempertahankan sifat-sifat penting dari kekudusan dan kasih. Hal ini memberikan sebuah indikasi bahwa manusia atau bahkan seluruh ciptaan yang ada di muka bumi ini, bukanlah menjadi alasan Kristus mengosongkan diri-Nya, melainkan atas dasar inisiatif dari diri-Nya sendiri.




John M. Frame menjelaskan bahwa pengertian dari istilah kenosis di dalam Filipi 2:7, seharusnya dipahami sebagai sebuah bentuk sempurna dari sikap merendahkan diri sebagai seorang hamba. Paulus memaksudkan ini untuk memberikan sebuah contoh kepada jemaat di Filipi untuk saling melayani antara satu dengan yang lain lebih dari diri mereka sendiri. Pengosongan diri yang dimaksud adalah bahwa Kristus tidak lagi memperhitungkan keberadaan diri-Nya sebagai sesuatu yang perlu dipertahankan, kemudian mengambil rupa seorang hamba. Di dalam proses tersebut, tidak ada perubahan atau pertukaran dari yang satu kepada yang lain. Dengan demikian, maka Yesus Kristus ketika menjadi manusia, Dia juga adalah Allah atau dengan kata lain pribadi Logos itu tetap ada, dan hanya menambahkan natur manusia di dalam diri-Nya. 

Ketika Kristus menjadi manusia, di saat yang sama Dia juga adalah Allah. Dengan demikian, kenosis atau tindakan mengosongkan diri yang dimaksud di dalam Filipi 2:7, merupakan sebuah bentuk keteladanan tentang kerendahan hati yang Kristus berikan. Keteladanan tentang kerendahan hati yang ditunjukkan oleh Kristus adalah bahwa Dia tidak menganggap kesetaraan dengan Bapa sebagai sesuatu yang perlu untuk dipertahankan, melainkan Dia mengosongkan diri-Nya. Kristus mengosongkan diri-Nya dengan mengambil rupa hamba dan menjadi manusia sehingga dengan jalan tersebut Dia dapat menggantikan kita untuk menjalani penghukuman yang seharusnya kita terima akibat dosa. Kristus melakukan ini semua dengan sebuah tujuan yaitu agar kita dapat diselamatkan. 

Selain itu, tindakan pengosongan diri yang Kristus lakukan tidak dapat dipisahkan dari tiga aspek yaitu: 
(1) Ketika mengosongkan diri-Nya, Kristus sesungguhnya mengambil bentuk seorang hamba 
(2) Kristus mengambil rupa manusia yang sepenuhnya
(3) Kristus mengambil kematian, bahkan kematian di atas kayu salib (Filipi 2:8)


Dengan merujuk kepada ketiga aspek ini, dapat disimpulkan bahwa tindakan pengosongan diri atau kenosis yang sesungguhnya adalah bahwa Kristus yang adalah Allah mengambil bentuk seorang hamba dalam rupa manusia. 


Tujuan Kristus mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba adalah untuk merestorasi hubungan manusia dengan Allah. Pekerjaan rekonsiliasi itu dilakukan oleh Allah melalui anak-Nya yang datang sebagai seorang hamba yang oleh-Nya kita yang adalah hamba dosa, dibebaskan dan menjadi anak-anak Allah. Menurut C. Stephen Evans, tindakan pengosongan diri yang dilakukan oleh-Nya keluar dari kasih-Nya kepada umat manusia, kasih yang membuat-Nya ingin mengeluarkan manusia dari seluruh realitas yang membebani manusia, sebagai akibat dari dosa. Dengan demikian, tindakan pengosongan diri yang dilakukan oleh Kristus bukanlah sebuah tindakan melepaskan atribut keilahian, tetapi bagian dari karya penebusan yang Allah kerjakan melalui Yesus Kristus sebagai bentuk kasih-Nya kepada manusia. Yesus Kristus yang adalah Allah, mau merendahkan diri-Nya dengan datang ke dalam dunia dan menjadi sama seperti manusia didalam segala hal, kecuali mengenai dosa, Yesus Kristus tidak berdosa. 




Pada akhirnya hal yang dapat menjadi ingatan dan pembelajaran bagi orang Kristen melalui inkarnasi dan pengosongan diri Kristus adalah inkarnasi Kristus sungguh adalah wujud kasih Allah bagi dunia ini. Bukan hanya itu, inkarnasi Kristus adalah teladan sempurna tentang kerendahan hati. Sebagai orang percaya yang telah ditebus oleh Kristus, setiap orang percaya juga semestinya hidup di dalam di dalam kasih dan kerendahan hati yang sama seperti Kristus. Melalui sikap saling mengasihi dan merendahkan hati, setiap orang percaya mencerminkan Kristus di dalam kehidupan mereka. 

Di tengah berbagai situasi dunia saat ini, saat banyak masalah dan kepentingan pribadi  seringkali menjadi prioritas diri, Kristus yang berinkarnasi menjadi manusia kembali mengingatkan kita untuk hidup di dalam kasih dan kerendahan hati. Kasih dan kerendahan hati yang mendorong kita untuk berkorban dan peduli tentang orang lain sebagaimana yang Kristus telah lakukan bagi kita. 

             



LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER