"Pekerjaan saya adalah anugerah, karena semua adalah pemberian Tuhan. Saya tidak pernah meminta, mencari, menginginkan tapi Tuhan sendiri yang memberikan kepada saya, karena anugerah adalah pemberian-Nya"
Bekerja dimanapun tempatnya adalah sebuah pilihan. Bahkan setiap orang punya hak untuk memilih tempat yang cocok dan yang sangat diinginkan untuk bekerja. Tetapi ada yang asal dapat pekerjaan, syukurlah. Ada juga yang bekerja tidak sesuai dengan keinginan atau passion sehingga keluar masuk (resign) perusahaan.
Bagi saya, bekerja dan pekerjaan adalah sebuah anugerah (kasih karunia/pemberian) dari Tuhan. Bukan karena sok rohani, sehingga saya menyatakan sebagai anugerah; bukan juga karena pekerjaan saya begitu mengesankan dan membanggakan.
Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash
Saya, tidak pernah memilih dan membayangkan bahwa saya akan bekerja di tempat dimana saya ditempatkan Tuhan saat ini. Malahan, yang terjadi, baik itu teman, sahabat, saudara, kenalan, berkata bahwa tidak mungkin mereka mau bekerja di tempat di mana saya bekerja saat ini.
“Gaji kecil begitu mana cukup buat kebutuhan rumah tangga??”
“Kita realistislah ya, kita butuh duit”
“Gimana kita bisa berkembang bekerja di tempat kayak gini?”
“Ya mana bisa maju kerja di tempat kayak gini?”
“Berapa sih gajimu di situ?”
“Kerja di tempatmu, gak hanya lelah fisik, rugi waktu, capek, gaji kecil”
Photo by Marten Bjork on Unsplash
Pernahkah saya berpikir seperti yang mereka katakan? Sering sekali.
Pernahkah saya lelah? Sangat.
Pernahkah saya bosan dan mencoba untuk resign? Pernah.
Saya dan apa yang mereka katakan adalah sebuah bentuk dari pemahaman modern yang dinamakan “realistis”. Bahkan, saya terus mencoba berpikir memakai akal sehat untuk menyadarkan saya dengan apa yang saya kerjakan saat ini.
Apa sih, pekerjaan saya???
Saya bekerja di sebuah sekolah teologi di bawah naungan sebuah lembaga gereja dimana pendapatan atau gaji tidak ditekankan, melainkan sebuah pengabdian dan loyalitas dalam bekerja. Bukan hanya itu, saya terkadang harus lembur, bahkan sampai malam. Apa yang bukan menjadi bagian tugas utama saya pun, mau tidak mau juga dikerjakan. Bagian dapur, bagian kebersihan, juga menjadi part of my work. Berulangkali, saya dalam kondisi lelah akut, tapi bersyukurnya Tuhan masih menguatkan saya.
Photo by Christian Fregnan on Unsplash
Saya pernah terjebak dalam situasi bahwa apa yang saya kerjakan selama ini saya anggap sebagai sebuah loyalitas pekerjaan di rumah Tuhan. Ya seperti halnya full timer gereja, jadi memaklumkan semua kesulitan dan kelelahan saya sebagai bentuk pelayanan. Ketika saya bertemu dengan teman-teman saya yang jauh lebih baik dalam pekerjaan dan pendapatan, mereka hanya berucap:
“Masih bertahan ya, di sana?”
“Kapan bisa berkembang kalau kerja di sini terus?”
Saya hanya mencoba untuk berpikir secara realistis di tengah keadaan yang semakin membuat saya down. Bahkan, saya bertanya kepada Tuhan, “Sampai kapan ya Tuhan?”
Suatu kali, saya dipertemukan dengan seorang teman yang datang dan bercerita bagaimana susahnya mencari pekerjaan. Bukan hanya satu, dua orang teman saja tapi banyak sekali orang-orang di luar sana yang juga masih bingung mencari pekerjaan apa yang bisa mereka dapatkan. Mereka malu karena orang banyak memandang sebagai “pengangguran”. Saya berusaha membantu mencarikan tempat pekerjaaan bagi beberapa rekan saya, dan yang tak habis pikir mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan pendapatan yang jauh di atas saya. Bahkan beberapa pekerjaan meminta untuk saya mengirim mahasiswa/i teologi kepada mereka, tentunya pekerjaan yang jauh lebih baik dengan pendapatan yang jauh di atas saya.
Photo by Hunters Race on Unsplash
Saya mulai berpikir, “Mengapa bukan saya yang harusnya bekerja di sana?” Bukankah ini kesempatan yang baik untuk saya juga keluar dari tempat saya bekerja?
Sampai saya sadar bahwa...
Anugerah Tuhan adalah hadiah dan pemberian yang terbaik untuk saya. Hati saya selalu berat untuk semua yang ada di tempat kerja saya, saya begitu penuh dengan belas kasihan atas tempat saya bekerja, banyak hal yang setiap malam saya doakan kepada Tuhan. Secara manusia saya terbatas dan tidak sanggup, tapi anugerah Tuhan mengalahkan segala ketidaksanggupan saya. Semua diberikan Tuhan dalam bentuk kekuatan dan kesanggupan untuk mengerjakan semua yang Tuhan telah percayakan. Tidak mudah memang, bahkan terasa sulit jika orang lain yang akan menggantikan posisi saya.
Photo by Anton Darius on Unsplash
Perjalanan saya tidaklah mudah, pekerjaan saya tampak ringan tapi berat untuk dijalani, butuh kerelaan, melepas keluhan, profesionalisme dalam bekerja, menghadapi tuntutan, dan bersabar dalam kesulitan. Pekerjaan saya adalah anugerah, karena tidak semua orang akan sanggup dan kuat untuk mengerjakannya. Pekerjaan saya adalah anugerah, karena semua adalah pemberian Tuhan. Saya tidak pernah meminta, mencari, dan menginginkannya, tapi Tuhan sendiri yang memberikan kepada saya.
Apakah masa depan menjadi tampak suram? Tidak sama sekali, karena saya hampir tidak pernah kuatir dengan semua berkat Tuhan. Berkat Tuhan sangatlah melimpah walaupun pendapatan saya kecil. Kekuatan Tuhan begitu besar sampai saat saya lemah, akan tegak dan kuat kembali. Kasih Tuhan begitu hebat, sampai kecewa dan kepedihan saya menjadi rasa iba, empati, dan belas kasih untuk tempat dimana saya bekerja.
Masihkah kita mengeluh dengan pekerjaan kita saat ini?
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: