Emang bener ya, uang itu bisa memberikan kita penghiburan?
Ya, tampaknya uang adalah salah satu benda yang sangat disukai oleh semua orang. Uang seolah-olah telah menjadi salah satu hal yang paling orang kejar sepanjang hidup mereka. Banyak orang berusaha mendapatkan uang yang banyak dengan bekerja, berusaha, dan melakukan yang terbaik yang mereka bisa, supaya mereka bisa mendapatkan uang. Namun, beberapa juga berusaha mengumpulkan uang dengan cara yang jahat. Mencuri, merampok, korupsi, penipuan, dan masih banyak lagi cara jahat yang digunakan orang untuk menambah uang yang mereka miliki.
Salah satu yang menjadi alasan mengapa orang ingin memiliki banyak uang adalah karena dengan banyak uang, mereka bisa menjadi bahagia. Dengan uang yang banyak, tentu saja kita bisa pergi berwisata ke mana pun yang kita mau, kita bisa membeli apapun yang kita inginkan, hingga kita bisa menikmati fasilitas dan kelas yang lebih mewah bila kita memiliki uang yang banyak. Hingga tidak heran bila banyak orang manaruh pengharapannya akan kebahagiaan kepada uang.
Image by Zac Freeland on VOX
Dalam kalangan orang Kristen sendiri pun banyak yang menjadikan uang sebagai landasan dari kebahagiaan mereka. Bahkan, tidak sedikit hamba-hamba Tuhan juga mengatakan bahwa bergantung kepada uang adalah hal yang realistis. Namun, benarkah itu yang dikatakan Alkitab? Lantas, di manakah ruang untuk Tuhan Yesus, bila orang Kristen pun percaya bahwa uang mampu memberikan kebebasan dan pengharapan?
Dalam membahas pertanyaan-pertanyaan ini, mari kita melihat sebuah bagian dari Alkitab. Kita akan melihat dari Lukas 6:24, “Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.” Ignite People, ayat ini nampaknya adalah ayat yang sangat keras, terutama bagi sebagian dari kita yang diberkati dengan harta yang cukup banyak.
Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Lukas 6:24
Ignite People, sebelum kita lebih dalam menggali dan mencari makna dan arti dari ayat ini, MinSon ingin mengajak kalian semua untuk memahami konteks ayat ini terlebih dahulu. Di dalam Injil Lukas, kita akan menemukan beberapa kali Lukas menggunakan gambaran orang miskin dan orang kaya. Di dalam Injil Lukas sendiri, orang miskin bukan saja menggambarkan kondisi ekonomi, tapi juga melambangkan orang-orang marginal, atau bisa dikatakan juga sebagai orang-orang yang terpinggirkan. Baik secara social, ekonomi, status, dan lain-lain. Sulit juga bagi orang-orang ini untuk berpindah kedudukan sosial pada saat itu. Bisa dikatakan, orang miskin di Injil Lukas adalah orang yang tidak memiliki harapan. Sementara itu, orang kaya adalah kebalikan dari orang miskin yang MinSon baru saja jelaskan di atas.
Disadari atau tidak, kondisi dan keuntungan yang dimiliki oleh orang-orang kaya itu membuat mereka menggantungkan pengharapan mereka di dalam harta mereka. Mereka tidak menganggap bahwa uang mereka bisa menjadi penghiburan bagi mereka. Hal ini menjadi permasalahan. Permasalahan ini pun sebenarnya lebih dalam dari hanya sekedar masalah mengenai uang. Ini adalah masalah mengenai di mana orang-orang kaya itu menaruh pengharapan. Sementara itu, dalam Injil Lukas, orang miskin digambarkan sebagai kaum yang tidak memiliki apapun untuk menaruh pengharapannya.
Image by Geralt on Pixabay
Ignite People, ketika Tuhan Yesus melakukan pelayanan-Nya di dunia, Ia ingin membawa pesan kepada seluruh umat manusia bahwa pengharapan dan penghiburan hanya ada di dalam Dia, dan bukan pada yang lain. Ia memerintahkan manusia untuk setia dan menyembah hanya kepada-Nya karena Dia sangat mencintai kita. Dia tau bahwa kita tidak bisa menemukan pengharapan dan penghiburan yang sejati di tempat lain, melainkan hanya di dalam Dia.
Tuhan Yesus mengutuki orang-orang kaya karena mereka menaruh pengharapan dan penghiburan mereka di dalam kekayaan yang mereka miliki. Namun, sesungguhnya orang miskin secara ekonomi pun bisa jatuh ke dosa yang sama dengan orang-orang kaya itu. Lho, kok, bisa? Bukankah orang-orang miskin tidak memiliki harta? Lantas, bagaimana mereka bisa jatuh ke dalam pengharapan akan uang?
Ignite People, berapa banyak dari orang-orang miskin, menengah, atau bahkan kita sendiri, yang adalah orang-orang Kristen pernah berpikir bahwa dengan menjadi kaya maka kita akan bahagia? Bukankah banyak dari kita yang berpikir bahwa bila kita memiliki banyak uang, maka hidup kita akan lebih bahagia dan penuh? Sesungguhnya itu adalah dosa yang sama. Walaupun mungkin kita memang tidak memiliki uang tersebut, namun hati kita melekat dan berkata bahwa uang adalah pengharapan dan penghiburan hidup kita.
Image by artplus on iStockPhoto
Masalah hati dan tempat kita menaruh pengharapan adalah hal yang menjadi penekanan. Tuhan Yesus menginginkan setiap anak-Nya untuk menaruh pengharapan di dalam Dia, yang telah mati untuk menebus kita dari dosa. Dia adalah jalan kebenaran dan hidup, dan di dalam Dia saja kita mendapatkan kepenuhan hidup.
Kata Yesus kepadanya: ”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Yohanes 14: 6
Selama bulan Juli-Agustus ini, Minel ingin mengajak kita semua untuk melihat kembali ke dalam diri kita masing-masing. Di manakah kita menaruh pengharapan kita? Apakah benar, kita sudah menaruh pengharapan kita di dalam Tuhan kita, Yesus Kristus, yang telah memberi hidup-Nya bagi kita? Atau justru, kita masih menjadikan harta, pasangan, kesenangan, hobi, dan apapun itu untuk menjadikan hidup kita penuh. Adakah kita menjadikan Tuhan Yesus sebagai alasan untuk kepenuhan hidup kita?
Kiranya kita selalu menaruh pengharapan dan penghiburan kita di dalam Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menyertai Ignite People!
Selamat berkarya!
Salam,
MinSon
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: